Senin, 16 Mei 2011

Jangan Katakan Ini Terlambat… oleh : INggit Reginasthika

Hari ini Sabtu cerah, tak ada yang istimewa di hari ini, yeah mungkin bagi sebagian orang tapi tidak bagi Aura gadis yang periang dan selalau bersemangat. Mungkin dari hari inilah kehidupan yang sesungguhnya dimulai…
Hymne sekolah berkumandang diseluruh penjuru sekolah. Secara otomatis seluruh siswa siswi berdiri bergegas membentuk barisan dilapangan. Kepala sekolah naik ke podium dan hymne pun berhenti.
“ Ehem…baiklah…bapak kira… kalian sudah menunggu-nunggu pengumuman ini. Bapak juga tau yang lain sudah berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan nilai yang maksimal tapi tetap saja harus ada yang mendapatkan nilai tertinggi! “ pidato Kepsek panajng lebar.
“ Bika……Bika……Bika……” tiba-tiba terdengar teriakan anak-anak yang memperkirakan Bika sebagai kandidat juara umum kali ini.
“ Tenang…tenang dulu semuanya…bagaiman bisa Bapak menyubutkan namanya kalau kalian ribut begini terus…” Kepsek mencoba menenangkan seluruh murid.
“ UUUUUUUUh “ sorak para murid.
Semangat teman-teman pada Bika membuat Bika semakin percaya diri, Bika yang saat itu baris disalah satu sudut, berusaha menampilkan tampilan bangganya, menatap kawa-kawannya dengan tatapan sinis sambil membusungkan dada seolah telah siap tampil kedepan.
“ Aura, Aura Rahmania adalah siswi yang mendapat peringkat juara umum kali ini, berasal dari kelas 3-6 dan Bapak harap untuk maju ke depan “ jelas Kepsek.
AURA,,, hampir setengah dari seluruh murid saling berpandangan mengartikan…yang mana yang namanya Aura itu?…dengan wajah kaget dan tertunduk Aura pun maju kedepan. Sesaat suasana hening namun, beberapa saat kemudian “ yeahh…”terdengar lagi sorak sorai anak-anak.
“ Selamat pagi menjelang siang semuanya” sapa Aura dengan sedikit tergagap, tapi yang lainnya menjawab dengan penuh semangat.
“ Aku gak tau harus ngomong apa disini…aku dan kalian semua sama-sama kaget dan saling bertannya kenapa harus aku?” lanjutnya lagi.
“ Emang siapa yang peduli………” oceh salah seorang murid disudut yang nampak tidak senang atas terpilihnya Aura sebagai juara umum kali ini.
“ Aku pikir yang pantes berdiri disini adalah Bika,yeah…Qhairul Binareka Ashar… bukannya aku…, karena itu sekarang aku harap Bika mau kesini untuk gantiin aku…” pinta Aura.
” Bika “ sekali lagi Aura memanggil Bika, namun sedikit pun tampang Bika tidak nampak.
“ Bika kok elo malah ngajak gua kesini bukannya maju kedepan gantiin si Aura nyampein kesan-kesannya? “ Tanya Fuad teman Bika yang diajak Bika ke kantin.
“ Maju kata lo? Mau ngapain? Mau ngasih kesan-kesan gimana rasanya dikalahin? mau buat gua malu didepan orang banyak dengan seolah bilang aku yang menang Bik, kamu kalah! Gitu?” omel Bika sambil menendang salah satu kursi kantin.
“ Lo kok malah mikirnya kesitu sih? Jangan terlalu buruk sangka dulu…” bantah Fuad.
“Kenapa emangnya? Lo mau mihak dia? Amarah Bika kian memuncak.
“ Buaknnya gitu Bik…” bela Fuad mencoba menenangkan Bika namun Bika seolah tak peduli.
” Alah sekarang gue gak butuh bantahan “ ucapnya sambil berlalu.
Memang siapa yang tidak akan sedih bila selama lima semester menjadi juara umum namun tiba-tiba dikalhkan aleh seoranng murid baru. Hal inilah yang dirasakan oleh Bika saat ini.
***
Dilapangan upacara memang sudah selesai namun keributan akan terpilihnya Aura sebagai juara umum kali ini termasuk salah satu berita yang menggemparkan disekolah. Dalam hati Aura memang tersirat kebahagiaan yang tak terungkapkan tapi disisi lain ia juga merasakan bagaimana perasaan rasanya bila dia berada pada posisi Bika. Tapi sudahlah akhirnya ia memutuskan untuk pulang.
Dengan perasaan yang berbunga-bunga, dengan riang ia mengendarai sepeda motornya. Bayangannya selalu tertuju ke rumah ,bagaimana dengan bangganya ia akan menunjukkannya kepada ayah dan ibunya atas hasil yang telah ia capai.
Sesampainya di rumah baru saja ia membuka pintu dan belum sempat melangkahkan kakinya …..” Trang… brakk….bruk…”terdengar suara-suara dalam rumah disusul dengan celotehan-celetehan yang saling bersahut-sahutan.
“Masa hanya karena ibu liat ayah makan dengan wanita lain, tanpa menanyakan siapa? ibu langsung marah-marah didepan umum! Ayah kan maluuu…” suara yang pria mengadu.
“Jelas dong ibu marah, lagian ngapain coba ayah pergi makan dengn wanita lain kalau gak bilang-bilang sama ibu…” sahutan yang wanita terdengar membalas. Kemudian terdengar lagi barang barang jatuh dan pecah le lantai.
“ Udah deh Yah, kalau kayak gini terus gak ada yang bisa dipertahanin selain ceraiii” pinta suara wanita. “ Oke….dan memang itu yang terbaik bagi kita.” Setuju yang pria.
Cerai? Kebahagiaan yang baru saja diterima Aura hanya dalam sekejap sirna. Semua kebahagiaan yang ia bayangkan selama perjalanan ikut tertelan bumi,tak terbendung lagi air mata mengalr di pipi Aura. Pintu terbanting kembali , kedua orang tua Aura bersamaan memandang ke arah pintu dan mendapatkan anaknya sedang menangis.
“ Kalian jahat hanya mementingkan diri sendiri !” jerit Aura sambil berlari kedalam kamarnya, mengepak dengan cepat pakaian-pakaian yang diperlukan dan pergi begitu saja.
“Aura… dengar ibu dulu sayang…” rayu ibunya.
“ Semuanya gak ada yang perlu dijelasin lagi! Semuanya udah cukup jelas bagi Aura!” isak Aura sambil benar-benar pergi dari rumahnya, menancap gas motornya hingga tak terkejar lagi oleh kedua orang tuanya.
***
Satu tahun telah berlalau dari kelulusan membawa derita itu bagi Aura. Selama itu ia jalani kehidupan hanya dengan berbekal beasiswanya dan sisa-sisa tabungannya. Masih sama seperti setahun yang lalu Aura tetap menjadi Aura yang dikenal ramah dan sangat periang, walau ia merasakan penderitaan yang amat sangat perih, hingga suatu hari…
“ Aura cepat ikuti saya ke kantor saya” perintah salah seorang dosen Universitasnya. Tanpa basa basi dan dengan diliputi rasa penasaran ia pun segera mengikuti dosennya itu.
“ Begini Aura, pastinya kamu sudah tahu pengumuman bahwa kampus kita mengadakan pertukaran mahasiswa antar kampus se-Indonesia.” Dosen menjelaskan dengan seksama. Ekspresi Aura saat itu tidak berubah dengan hanya mengangguk dan mengangguk menandakan setuju atau mengerti.
“ Nah menurut hasil rapat antar dosen yang telah dilaksanakan kemarin kamu adalah salah satu mahasiswa yang termasuk kedalam golongan itu. Nah sesuai dengan bakat yang kamu miliki semua juga sudah sepakat untuk mengirimmu ke Bandung!” lanjutnya lagi.
“ Apaaaaa ke Bandung Pak? “ Tanya Aura begitu kaget. “ Kenapa harus keBandunng Pak?” tanyanya lagi. Bandung , yah walau hanya satu kata tetapi saat kata itu terucap seluruh kenangan akan kedua orang tuanya terlintas kembali membawa kenangan buruk bagi diriya.
“ Sudah Bapak jelaskan ini berhubungan dengan talenta yang kamu miliki dan ternyata universitas di Bandung membutuhkannya.” Jawab dosen itu dengan santai.
Apa daya, untuk mempertahankan agar beasiswanya tidak dicabut maka Aura menuruti apa perintah dosennya itu, dan mulai hari esok ia sudah mulai pindah kampus dan harus berusaha mencari tempat kos yang sesuai.
Masalah hidup Aura kini bukan hanya sebatas bagaimana ia harus bisa bersosialisasi dengan lingkungan yang baru saja, tapi bagaimana juga ia harus mencari cara agar ia bisa mendapatkan sumber biaya untuk hidup sehari-harinya.
Satu hal yang tidak Aura sangka sebelumnya ternyata di kampusnya yang baru ia harus bertemu dengan Bika. Seseorang yang dulu pernah menganggap Aura sebagai rival dalam peraihan nilai terbaik. Namun sepertinya dengan kesibukannya sebagai ketua senat dan sekaligus aktiv dalam siaran kampusnya Bika tidak menyadari akan hadirnya Aura di kampusnya itu.
Memang tidak sesulit yang dibayangkan oleh Aura, tinggal di kota kelahirannya memberikan kesan tersendiri, dua bulan bukanlah waktu yang lama untuk menghabiskan hampir seluruh tabungan yang tersisa. Sulitnya mencari pekerjaan yang halal membuat ia terpaksa bekerja menjadi pengantar pesanan disalah satu klub malam dipinggiran kota. Selain mengantar pesanan makanan atau minuman Aura juga terlibat dalam peredaran barang haram, karena untuk mendapatkan tip yang lebih, ia bersedia menjadi vector dari para pengedar dan pemakai. Suatu hari, saat sedang bekerja, Hilman yang sejak pertama bertemu sudah menyukai Aura, namun cintanya ditolak, kini berusaha mendekati lagi Aura namun tetap tidak kunjung juga berhasil, diam-diam memasukkan barang haram itu ke dalam minuman Aura..dan dalam sekejap tubuh Aura lemas tidak berdaya dan pingsan dengan segera saja orang-orang yang ada didekatnya mengantarkan Aura pulang ke tempat kosannya.
Keesokannaya yang seharusnya Aura berangkat ke kampusnya, tiba-tiba tubuhnya merasa aneh, pikirannya tak menentu memikirkan seseatu yang tak real dengan berat ia bangkit dan bergegas untuk berangkat. Saat pelajaran praktik tubuhnya menggigil, keringat dingin mengucur di hampir seluruh bagian tubuhnya, wajahnya sangat pucat, gigilannya makin menjadi-jadi setelah lima menit pertama. Akhirnya ia meminta izin pulang lebih awal.
Bukannya pulang ketempat kosannya yang terlintas dalam pikirannya ialah menuju Klub tempat ia bekerja.
“ Loh… bukannya kerjaanmu baru mulai nanti malam Aura ? emangnya gak ada kuliah hari ini?” Tanya Hilman penjaga Klub yang kebetulan sedang berjaga di siang hari.
“ Mana? Mana? Kasih aku barang itu… kamu pasti masih nyimpen persediaannya untuk kamu pake, tapi please…kasih aku pinjem dulu….” Pinta Aura dengan amat sangat. Hilman yang semula sangat takut Aura bertanya tentang apa yang terjadi semalam malah berbalik menjadi senang karena akhirnya walau ia gagal merebut perhatian Aura namun ia telah berhasil membuat seorang Aura yang lugu telah terjerumus dalam kenistaan. Dan dengan senang hati dan dengan Cuma-Cuma Hilman memberi Aura barang haram yang semula untuk dipakainya sendiri kepada Aura.
“ Thank’s …”ucap Aura sambil langsung merebut bungkusan kecil di tangan Hilman. Seperti yang sudah terbiasa Aura langsung dapat menggunakannya, sejenak perasaan Aura terbang melayang, pikirannya kosong tanpa beban, ia merasakan kenikmatan dan ketenangan dalam jiwanya, walau hanya sesaat tapi itu semua membuat gigilan dan keringat dingin berhenti dari tubuhnya.
***
“Bika…Bika …sini deh “ seru Hilman yang ternyata teman sekampusnya Bika
“ Apaan bikin kaget gua aja” balas Bika santai.
“ Lo mo ikut ma gue gak? Gue punya kenalan yang cantik banget siapa tau lo tertarik! “ajak Hilman. Dengan ekspresi yang sangat antusias tanpa bertanya apa pun Bika langsung setuju. Maklum…walau seorang ketua senat tapi predikat play boy cap cucunguk tak hilang-hilang.
“Kapan? Trus kemana?” Tanya Bika akhirnya.”
Udah…jangan banyak nanya ntar malem biasa gue tunggu didepan rumah lo jam sepuluhan…” ucap Hilman sambil berlalu.
Malamnya sesuai yang dijanjikan Bika dan Hilman berangkat ke tempat ynag dimaksudkan Hilman. Sesampainya didalam ia tidak menyangka cewek yang dimaksudkan Hilman adalah sesosok gadis yang dimatanya sangatlah lugu dan menampakkan gadis yang baik…ternyata dimatanya sendiri gadis itu telah berubah menjadi cewek pemakai.
“ Tuh, cewek yang gua janjiin ..gimana?” Tanya Hilman sambil menunjuk Aura.
” Ra, sinih deh..” panggil Hilman kemudian. Ekspresi Bika langsung berubah ia memalingkan mukanya agak kesamping.
“ Ya, Man, ada apa?” Tanya Aura masih dalam keadaan setengah sadar dan muka tanpa dosa
“ Kenalin temen gue” pinta Hilman.
“BIKA ! “ seru Aura sangat kaget namun biasa kembali. Bika yang menyadari adanya Aura ditepat itu lebih dulu mencoba memasangkan muka juteknya pada Aura, dan Aura yang tanpa sadar berlalu dengan begitu saja meninggalkan mereka berdua.
Sedikit rasa kecewa akan sikap Aura yang seolah memiliki dua kepribadiaan itu tersirat di benak Bika. Kebencian yang dulu telah hilang kini muncul kembali. Hilaman yang telah tau sejak dulu mencoba menarik amarah Bika dengan mengajak Bika taruhan. Dengan berasaskan kebencian yang sama pada Aura, Hilman mmeberikan penawaran, bila Bika berhasil membuat Aura semakin sengsara dalam hidupnya,atau pertama buat Aura jatuh hati pada Bika, maka Hilman akan memberikan uang Rp 1.000.000 sebagai jaminan keberhasilannya. Tawaran itu tentu saja sangat menggiurkan bagi Bika yang akhirnya menyetujui kesepakatan itu.
Malam berikutnya Bika kembali ke klub itu dan mulai berusaha mendekati Aura.
“ Gue mo buat Aura lengket dulu ma gue setelah itu gue baru mo ngejerumusin dia.” bisik Bika dalam hatinya.
Sambil berfikir cara apa yang mau digunakan Bika meminum seteguk demi seteguk vodka kesukaannya, tapi tak satu pun ide yang keluar sampai akhirnya ia benar-benar mabuk berat.
Klub sudah hampir tutup dan pengunjung sudah mulai sepi, namun tubuh Bika masih terkulai didepan meja. Aura yang melihat itu segera saja menopang tubuh Bika dan mengantarkannya pulang yang kebetulan tempat kos Bika yang tak jauh dari tempat kosannya.
Paginya dengan tak sadarkan diri Bika sangat keheranan mendapatkan tubuhnya telah berada di kamarnya.
” Siapa yang mengantar aku pulang” tanya Bika pada ibu kos.
Setelah ditanyakan lebih jauh akhirnya Bika tau kalau yang mengantar dia pulang adalah Aura. Ide gila muncul langsung di otak Bika, cara ngebuat Aura biar lengket ma dia telah ketemu secara tidak langsung, yaitu berpura-pura mabuk agar Aura mengantarnya lagi. Berhari-hari Bika lakukan ide itu dan… alhasil memang betul Aura menjadi dekat dengan dirinya. Dan saat malam yang cerah itulah mereka akhirnya resmi berpacaran.
Denagan hadirnya Bika dalam hidup Aura, Aura berjanji dalam hatinya untuk berhenti memakai obat,karena pelampiasan terhadap obat kini telah terganti oleh kasih sayanng yang Bika berikan untuknya.
“ Hebat…hebat kawan! Cara apapun yang udah lo lakuin… lo berhasil naklukin hati si cewek brengsek itu…nih setengahnya gua bayar dulu, sisanya, gue tunggu kabar lo putus ma dia secepatnya..” ucap Hilman sambil menyerahkan uang Rp 500.000 pada Bika sesuai perjanjian yang dulu, dan tanpa bicara lagi langsung pergi.
Perasaan Bika kini amat bimbang, antara menerima uang itu atau tidak, perasaan bersalah amat sangat menimpa dirinya bila ia menerima uang itu, begitu kata hati kecilnya.
***
“ Plak…” tamparan itu melesat begitu saja di pipi Bika.
“ Ada apa Ra…kok tiba-tiba” Tanya Bika yang tidak tahu menahu alasan Aura menampar dirinya.
“ Tega banget lo, Bik! Lo dan Hilman ternyata ngejadiin gue sebagai taruhan…” maki Aura.
“ Biar gua jelasin dulu Ra, apa yang sebenernya udah terjadi…” pinta Bika.
“ Gak..semuanya udah jelas! Gak ada yang perlu dijelasin lagi…” isak Aura sambil berlari
“ Ra…tunggu Ra…” teriak Bika sambil mengejar Aura.
“ Hebat kawan, lagi-lagi bener-bener hebat… gue gak nyangka bakalan dapet kabar secepet ini…nih gue lunasin semua sisanya…” Hilman yang tiba-tiba datang menyerahkan sisa uang pembayaran taruhannya.
“ Gue gak butuh! “ bentak Bika sambil menaburkan uang yang diberi Hilman
“ Yang gue butuh sekarang adalah Aura ! ngerti lo?” bentak Bika lagi.
***
“ Plak…” tamparan yang sama perihnya dengan waktu itu mendarat lagi dipipi Bika, namun kali ini bukan berasal dari tangan Aura yang lembut tapi dari Veni, teman dekat Aura.
“ Liat akibat lo Bik…akibat yang lo peroleh dari siakp lo ma Aura…”jelas Veni tanpa basa-basi.
“ Emangnya ada apa dengan Aura..Ven?” Tanya Bika.
“ Aura over dosis…dia kembali melampiaskan kekecewaan terhadapmu dengan kembali pada obat ! padahal sejak adanya kamu dalam hidupnya, dia berubah…dan berusaha gak pake lagi…tapi APA yang kenyataan buat sangat menyakitkan… saat dia tahu kalo dia hanya dijadiin taruhan…” isak Veni sambil memaki-maki Bika.
“ Tubuhnya yang hampir sembuh dari terapi gak kuat nahan obat yang masuk lagi apalagi Aura make terlalu lebih…dan sekarang dia lagi KOMA ! “ jelas Veni kemudian. Bika terdiam, tak berkata bagai disambar petir, hati Bika tersayat-sayat, ini lebih menyakitkan daripada hanya sekedar tamparan. Dengan terburu-buru mereka berangkat menuju RSHS.
***
Sesuatu yang tidak diduga Bika sebelumnya, mendekati Aura yang semula hanya untuk sebagai ajang balas dendam kini malah berbalik, perasaan tak dapat dibohongi Bika benar-benar jatuh cinta pada Aura.
Terlambat…semuanya sungguh terlambat…apa daya seorang dokter pun tak sanggup menyelamatkan Aura. Kini tubuh mungil itu telah terutupi hampir seluruh bagian tubuh Aura kecuali muka.
“ Ra…pliss…buka mata kamu… terserah kalo kamu mo maki-maki aku…terserah…aku gak peduli…” air mata Bika sungguh tak terbendung sambil memegangi tangan Aura yang dingin.
“ Ra…ayo dong bilang ma aku kalo kamu mau ngasih kesempatan untuk aku jelasin… kamu tau dari waktu es-em-pe pun sebenernya aku udah suka ma kamu…dan kalo sebenernya aku emang sayang banget ma kamu…bukan sekedar taruhan…Ra…ngomong ma aku…” ucap Bika sambil memandangi wajah Aura tapi wajah polos dan putih serta bibir Aura yang semerah delima itu tetap saja diam dan hanya tersenyum tipis.
“ Ra…maapin aku dan pliiiis banget..JANGAN KATAKAN KALAU INI TERLAMBAT…untuk aku akuin rasaku padamu…RAAAAAAA buka mata kamu…………………………………………………………………..”





^ TAMAT ^

Senin, 09 Mei 2011

jangan katakan ini terlambat


Jangan Katakan Ini Terlambat…

     Hari ini Sabtu cerah, tak ada yang istimewa di hari ini, yeah mungkin bagi sebagian orang tapi tidak bagi Aura gadis yang periang dan selalau bersemangat. Mungkin dari hari inilah kehidupan yang sesungguhnya dimulai…
     Hymne sekolah berkumandang diseluruh penjuru sekolah. Secara otomatis seluruh siswa siswi berdiri bergegas membentuk barisan dilapangan. Kepala sekolah naik ke podium dan hymne pun berhenti.
“ Ehem…baiklah…bapak kira… kalian sudah menunggu-nunggu pengumuman ini. Bapak juga tau yang lain sudah berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan nilai yang maksimal tapi tetap saja harus ada yang mendapatkan nilai tertinggi! “ pidato Kepsek panajng lebar.